Tampilkan postingan dengan label CERITA SEK JANDA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label CERITA SEK JANDA. Tampilkan semua postingan

Rabu, 16 Desember 2015

Cerita seru Janda Muda


Kumpulan Cerita Sek 2016,Cerita Sek Remaja,Cerita Sek Selingkuh,Cerita sek Pemerkosaan,Cerita Sek Pramugari,Cerita Sek Mesum 2016.Peristiwa itu bermula ketika aku berkeinginan untuk mencari tempat kos-kosan di Surabaya. Pada saat itu, pencarian tempat kost-kostan ternyata membuahkan hasil. Setelah aku menetap di tempat kost-kostan yang baru, aku berkenalan dengan seorang wanita, sebut saja namanya Varia. Usia Varia saat itu baru menginjak 30 tahun dengan status janda Tionghoa beranak satu. Perkenalanku semakin berlanjut. Pada saat itu, aku baru saja habis mandi sore. Aku melihat Varia sedang duduk-duduk di kamarnya sambil nonton TV. Kebetulan, kamarku dan kamarnya bersebelahan. Sehingga memudahkanku untuk mengetahui apa yang diperbuatnya di kamarnya. Dengan hanya mengenakan handuk, aku mencoba menggoda Varia. Dengan terkejut ia lalu meladeni olok-olokanku. Aku semakin berani mengolok-oloknya. Akhirnya ia mengejarku. Aku pura-pura berusaha mengelak dan mencoba masuk ke kamarku. Eh.. ternyata dia tidak menghentikan niatnya untuk memukulku dan ikut masuk ke kamarku. “Awas kau.. entar kuperkosa baru tahu..” gertaknya.
“Coba kalau berani..” tantangku penuh harap. Aku menatap matanya, kulihat, ada kerinduan yang selama ini terpendam, oleh jamahan lelaki. Kemudian, tanpa dikomando ia menutup kamarku. Aku yang sebenarnya juga menahan gairah tidak membuang-buang kesempatan itu. Aku meraih tangannya, Varia tidak menolak. Kemudian kami sama-sama berpagutan bibir. Ternyata, wanita cantik ini sangat agresif. Belum lagi aku mampu berbuat lebih banyak, ternyata ia menyambar handuk yang kukenakan. Ia terkejut ketika melihat kejantananku sudah setengah berdiri. Tanpa basa-basi, ia menyambar kejantananku serta meremas-remasnya. “Oh.. ennaakk.. terussh..” desisanku ternyata mengundang gairahnya untuk berbuat lebih jauh. Tiba-tiba ia berjongkok, serta melumat kepala kontolku. “Uf.. Sshh.. Auhh.. Nikmmaat..” Ia sangat mahir seperti tidak memberikan kesempatan kepada untuk berbuat tanya. Dengan semangat, ia terus mengulum dan mengocok kontolku. Aku terus dibuai dengan sejuta kenikmatan. Sambil terus mengocok, mulutnya terus melumat dan memaju-mundurkan kepalanya. “Oh.. aduhh..” teriakku kenikmatan. Akhirnya hampir 10 menit aku merasakan ada sesuatu yang mendesak hendak keluar dari kontolku. “Oh.. tahann.. sshh. Uh.. aku mau kkeluaar.. Oh..” Dengan seketika muncratlah air maniku ke dalam mulutnya. Sambil terus mencok dan mengulum kepala kontolku, Varia berusaha membersihkan segala mani yang masih tersisa. Aku merasakan nikmat yang luar biasa. Varia tersenyum. Lalu aku mencium bibirnya. Kami berciuman kembali. Lidahnya terus dimasukkan ke dalam mulutku. Aku sambut dengan mengulum dan menghisap lidahnya. Perlahan-lahan kejantananku bangkit kembali. Kemudian, tanpa kuminta, Varia melepaskan seluruh pakaiannya termasuk bra dan CDnya. Mataku tak berkedip. Buah dadanya yang montok berwarna putih mulus dengan puting yang kemerahan terasa menantang untuk kulumat. Kuremas-remas lembut payudaranya yang semakin bengkak. “Ohh.. Teruss Ted.. Teruss..” desahnya. Kuhisap-hisap pentilnya yang mengeras, semnetara tangan kiriku menelusuri pangkal pahanya. Akhirnya aku berhasil meraih belahan yang berada di celah-celah pahanya. Tanganku mengesek-geseknya. Desahan kenikmatan semakin melenguh dari mulutnya. Kemudian ciumanku beralih ke perut dan terus ke bawah pusar. Aku membaringkan tubuhnya ke kasur. Tanpa dikomando, kusibakkan pahanya. Aku melihat vaginanya berwarna merah muda dengan rumput-hitam yang tidak begitu tebal. Dengan penuh nafsu, aku menciumi memeknya dan kujilati seluruh bibir kemaluannya. “Oh.. teruss.. Ted.. Aduhh.. Nikmat..” Aku terus mempermainkan klitorisnya yang lumayan besar. Seperti orang yang sedang mengecup bibir, bibirku merapat dibelahan vaginanya dan kumainkan lidahku yang terus berputar-putar di kelentitnya seperti ular cobra. “Ted.. oh.. teruss sayangg.. Oh.. Hhh.” Desis kenikmatan yang keluar dari mulutnya, semakin membuatku bersemangat. Kusibakkan bibir kemaluannya tanpa menghentikkan lidah dan sedotanku beraksi. “Srucuup-srucuup.. oh.. Nikmat.. Teruss.. Teruss..” teriakannya semakin merintih. Tiba-tiba ia menekankan kepalaku ke memeknya, kuhisap kuat lubang memeknya. Ia mengangkat pinggul, cairan lendir yang keluar dari memeknya semakin banyak. “Aduhh.. Akku.. keluuaarr.. Oh.. Oh.. Croot.. Croot.” Ternyata Varia mengalami orgasme yang dahsyat. Sebagaimana yang ia lakukan kepadaku, aku juga tidak menghentikan hisapan serta jilatan lidahku dari memeknya. Aku menelan semua cairan yang kelyuar dari memeknya. Terasa sedikit asin tapi nikmat. Varia masih menikmati orgasmenya, dengan spontan, aku memasukkan kontolku ke dalam memeknya yang basah. Bless.. “Oh.. enakk..” Tanpa mengalami hambatan, kontolku terus menerjang ke dalam lembutnya vagina Varia. “Oh.. Variaa.. sayang.. enakk.” Batang kontolku sepeti dipilin-pilin. Varia yang mulai bergairah kembali terus menggoyangkan pinggulnya. “Oh.. Ted.. Terus.. Sayang.. Mmhhss..” Kontolku kuhujamkan lagi lebih dalam. Sekitar 15 menit aku menindih Varia.. Lalu ia meminta agar aku berada di bawah. “Kamu di bawah ya, sayang..” bisiknya penuh nikmat. Aku hanya pasra. Tanpa melepaskan hujaman kontolku dari memeknya, kami merobah posisi. Dengan semangat menggelora, kontolku terus digoyangnya. Varia dengan hentakan pinggulnya yang maju-mundur semakin menenggelamkan kontolku ke liang memeknya. “Oh.. Remas dadaku.. Sayaangg. Terus.. Oh.. Au.. Sayang enakk..” erangan kenikmatan terus memancar dari mulutnya.
“Oh.. Varia.. terus goyang sayang..” teriakku memancing nafsunya. Benar saja. Kira-kira 15 menit kemudian goyang pinggulnya semakin dipercepat. Sembari pinggulnya bergoyang, tangannya menekan kuat ke arah dadaku. Aku mengimbanginya dengan menaikkan pinggulku agar kontolku menghujam lebih dalam. “Tedii.. Ah.. aku.. Keluuaarr, sayang.. Oh..” Ternyata Varia telah mencapai orgasme yang kedua. Aku semakin mencoba mengayuh kembali lebih cepat. Karena sepertinya otot kemaluanku sudah dijalari rasa nikmat ingin menyemburkan sperma. Kemudian aku membalikkan tubuh Varia, sehingga posisinya di bawah. Aku menganjal pinggulnya dengan bantal. Aku memutar-mutarkan pinggulku seperti irama goyang dangdut. “Oh.. Varia.. Nikmatnya.. Aku keluuarr..” Crott.. Crott.. Tttcrott. Aku tidak kuat lagi mempertahankan sepermaku.. Dan langsung saja memenuhi liang vagina Varia. “Oh.. Ted.. kau begitu perkasa.” Telah lama aku menantikan hal ini. Ujarnya sembari tangannya terus mengelus punggungku yang masih merasakan kenikmatan karena, Varia memainkan otot kemaluannya untuk meremas-remas kontolku. Kemudian, tanpa kukomando, Varia berusaha mencabut kontolku yang tampak mengkilat karena cairan spermaku dan cairan memeknya. Dengan posisi 69, kemudian ia meneduhi aku dan langsung mulutnya bergerak ke kepala kontolku yang sudah mulai layu. Aku memandangi lobang memeknya. Varia terus mengulum dan memainkan lidahnya di leher dan kepala kontolku. Tangan kanannya terus mengocok-ngocok batang kontolku. Sesekali ia menghisap dengan keras lobang kontolku. Aku merasa nikmat dan geli. “Ohh.. Varia.. Geli..” desahku lirih. Namun Varia tidak peduli. Ia terus mengecup, mengulum dan mengocok-ngocok kontolku. Aku tidak tinggal diam, cairan rangsangan yang keluar dari vagina varia membuatku bergairah kembali. Aku kemudian mengecup dan menjilati lobang memeknya. Kelentitnya yang berada di sebelah atas tidak pernah aku lepaskan dari jilatan lidahku. Aku menempelkan bibirku dikelentit itu. “Oh.. Ted.. nikmat.. ya.. Oh..” desisnya. Varia menghentikan sejenak aksinya karena tidak kuat menahan kenikmatan yang kuberikan. “Oh.. Terus.. Sss.” desahnya sembari kepalanya berdiri tegak. Kini mememeknya memenuhi mulutku. Ia menggerak-gerakkan pinggulnya. “Ohh.. Yaahh. Teruss.. Oh.. Ooohh” aku menyedot kuat lobang vaginanya.
“Ted.. Akukk ohh.. Keluuaarra.. Ssshhss..” Ia menghentikan gerakannya, tapi aku terus menyedot-nyedot lobang memeknya dan hampir senmua cairan yang keuar masuk kemulutku. Kemudian dengan sisa-sisa tenaganya, kontolku kembali menjadi sasaran mulutnya. Aku sangat suka sekali dan menikmatinya. Kuakui, Varia merupakan wanita yang sangat pintar membahagiakan pasangannya. Varia terus menghisap dan menyedoti kontolku sembari mengocok-ngocoknya. Aku merasakan nikmat yang tiada tara. “Oh.. Varia.. Teruss.. Teruss..” rintihku menahan sejuta kenikmatan. Varia terus mempercepat gerakan kepalanya.
“Au.. Varia.. Aku.. Keluuarr.. Oh..” Croott.. Croott.. Croot.. Maniku tumpah ke dalam mulutnya. Sementara varia seakan tidak merelakan setetespun air maniku meleleh keluar. “Terimakasih sayang..” ucapku.. Aku merasa puas.. Ia mengecup bibirku. “Ted.. mungkinkah selamanya kita bisa seperti ini. Aku sangat puas dengan pelayananmu. Aku tidak ingin perbuatan ini kau lakukan dengan wanita lain. Aku sangat puas. Biarlah aku saja yang menerima kepuasan ini.” Aku hanya terdiam. Sejak saat itu, aku sering meniduri di kamarnya, selalu dalam keadaan telanjang bulat, terkadang dia juga tidur di dalam kamar kostku, tentu saja dengan mengendap-endap. Terkadang, kami tidur saling tumpang tindih, membentuk posisi 69, aku tertidur dengan menghirup aroma segar kemaluannya, sedangkan Varia mengulum penisku. Di kala pagi, penisku selalu ereksi, diemut-emutnya penisku yang ereksi itu, sementara aku dengan cueknya tetap tidur sambil menikmati oralnya, terkadang aku jilat kemaluannya karena gemas. Tamat

Senin, 30 November 2015

“Ngentot Pembantu Janda Cantik Seksi”



Cerita Sex Ngentot – Sebuah kisah seks atau cerita dewasa seorang majikan bersetubuh atau ngentot dengan pembantu rumah tangganya. Umurku baru 28 tahun ketika diangkat jadi manager area sebuah perusahaan consumer goods. Aku ditempatkan di Semarang dan diberi fasilitas rumah kontrakan tipe 45. Setelah 2-3 minggu tinggal sendirian di rumah itu lama-lama aku merasa capai juga karena harus melakukan pekerjaan rumah tangga seperti nyapu, ngepel, cuci pakaian, cuci perabot, bersih-bersih rumah tiap hari. Akhirnya kuputuskan cari pembantu rumah tangga yang kugaji sendiri daripada aku sakit. Lewat sebuah biro tenaga kerja, sore itu datanglah seorang wanita sekitar 35 tahunan, Sumiyati namanya, berasal dari Wonogiri dan sudah punya dua anak yang tinggal bersama ortunya di desa.

“Anaknya ditinggal dengan neneknya tidak apa-apa, Mbak?” tanyaku.

“Tidak, pak. Mereka kan sudah besar-besar, sudah SMP dan SD kelas 6,” jawabnya.

“Lalu suami Mbak Sum dimana?”

“Sudah meninggal tiga tahun lalu karena tbc, pak.”

“Ooo.. pernah kerja di mana saja, Mbak?”

“Ikut rumah tangga, tapi berhenti karena saya tidak kuat harus kerja terus dari pagi sampai malam, maklum keluarga itu anaknya banyak dan masih kecil-kecil.. Kalau di sini kan katanya hanya bapak sendiri yang tinggal, jadi pekerjaannya tidak berat sekali.”

Dengan janji akan kucoba dulu selama sebulan, jadilah Mbak Sum mulai kerja hari itu juga dan tinggal bersamaku. Dia kuberi satu kamar, karena memang rumahku hanya punya dua kamar. Tugas rutinnya, kalau pagi sebelum aku ke kantor membersihkan kamarku dan menyiapkan sarapanku. Setelah aku ke kantor barulah ruangan lain, nyuci, belanja, masak dst. Dia kubuatkan kunci duplikat untuk keluar masuk rumah dan pagar depan. Setelah seminggu tinggal bersama, kami bertambah akrab. Kalau di rumah dan tidak ada tamu dia kusuruh memanggilku “Mas” bukan “bapak” karena usianya tua dia. Beruntung dia jujur dan pintar masak sehingga setiap pagi dan malam hari aku dapat makan di rumah, tidak seperti dulu selalu jajan ke luar. Waktu makan malam Mbak Sum biasanya juga kuajak makan semeja denganku. Biasanya, selesai cuci piring dia nonton TV. Duduk di permadani yang kugelar di depan pesawat. Kalau tidak ada kerjaan yang harus dilembur aku pun ikut nonton TV. Aku suka nonton TV sambil tiduran di permadani, sampai-sampai ketiduran dan seringkali dibangunkan Mbak Sum supaya pindah ke kamar.

Suhu udara Semarang yang tinggi sering membuat libidoku jadi cepat tinggi juga. Lebih lagi hanya tinggal berdua dengan Mbak Sum dan setiap hari menatap liku-liku tubuh semoknya, terutama kalau dia pakai daster di atas paha. (Kalau digambarkan bodynya sih mirip-mirip Yenny Farida waktu jadi artis dulu). Maka lalu kupikir-pikir rencana terbaik untuk bisa mendekap tubuhnya. Bisa saja sih aku tembak langsung memperkosanya toh dia nggak bakal melawan majikan, tapi aku bukan orang jenis itu. Menikmatinya perlahan-lahan tentu lebih memberi kepuasan daripada langsung tembak dan cuma dapat nikmat sesaat.

“Mbak Sum bisa mijit nggak?” tanyaku ketika suatu malam kami nonton TV bareng.

Dia duduk dan aku tiduran di permadani.

“Kalau asal-asalan sih bisa, Mas,” jawabnya lugu.

“Nggak apa-apa, Mbak. Ini lho, punggungku kaku banget.. Seharian duduk terus sampai nggak sempat makan siang. “Tolong dipijat ya, Mbak..” sambil aku tengkurap.

Mbak Sum pun bersimpuh di sebelahku. Tangannya mulai memijat punggungku tapi matanya tetap mengikuti sinetron di TV. Uuhh.. nikmatnya disentuh wanita ini. Mata kupejamkan, menikmati. Saat itu aku sengaja tidak pakai CD (celana dalam) dan hanya pakai celana olahraga longgar.

“Mijatnya sampai kaki ya, Mbak,” pintaku ketika layar TV menayangkan iklan.

“Ya, Mas,” lalu pijatan Mbak Sum mulai menuruni pinggangku, terus ke pantat.

“Tekan lebih keras, Mbak,” pintaku lagi dan Mbak Sum pun menekan pantatku lebih keras.

Penisku jadi tergencet ke permadani, nikmat, greng dan semakin.. berkembang. Aku tak tahu apakah Mbak Sum merasakan kalau aku tak pakai CD atau tidak. Tangannya terus meluncur ke pahaku, betis hingga telapak kaki. Cukup lama juga, hampir 30 menit.

“Sudah capai belum, Mbak?”

“Belum, Mas.”

“Kalau capai, sini gantian, Mbak kupijitin,” usulku sambil bangkit duduk.

“Nggak usah, Mas.”

“Nggak apa-apa, Mbak. Sekarang gantian Mbak Sum tengkurap,” setengah paksa dan merajuk seperti anak-anak kutarik tangannya dan mendorong badannya supaya telungkup.

“Ah, Mas ini, saya jadi malu..”

“Malu sama siapa, Mbak? Kan nggak ada orang lain?”

Agak canggung dia telungkup dan langsung kutekan dan kupijit punggungnya supaya lebih tiarap lagi. Kuremas-remas dan kupijit-pijit punggung dan pinggangnya.

“Kurang keras nggak, Mbak?”

“Cukup, Mas..” Sementara matanya sekarang sudah tidak lagi terlalu konsentrasi ke layar kaca. Kadang merem melek. Tanganku mencapai pantatnya yang tertutup daster. Kuremas, kutekan, kadang tanganku kusisipkan di antara pahanya hingga dasternya mencetak pantat gempal itu. Kusengaja berlama-lama mengolah pantatnya, toh dia diam saja.

“Pantat Mbak empuk lo..” godaku sambil sedikit kucubit.

“Ah, Mas ini bisa saja.. Mbak jadi malu ah, masak pembantu dipijitin juragannya.. Sudah ah, Mas..” pintanya.

Sambil berusaha berdiri.

“Sabar, Mbak, belum sampai ke bawah,” kataku sambil mendorongnya balik ke permadani.

“Aku masih kuat kok.”

Tanganku bergerak ke arah pahanya. Meremas-remas mulai di atas lutut yang tidak tertutup daster, lalu makin naik dan naik merambat ke balik dasternya. Mbak Sum mula-mula diam namun ketika tanganku makin tinggi memasuki dasternya ia jadi gelisah.

“Sudah, Mas..”

“Tenang saja, Mbak.. Biar capainya hilang,” sahutku sambil menempelkan bagian depan celanaku yang menonjol ke samping pahanya yang kanan sementara tanganku memijat sisi kiri pahanya. Sengaja kutekankan “tonjolan”ku. Dan seolah tanpa sengaja kadang-kadang kulingkarkan jari tangan ke salah satu pahanya lalu kudorong ke atas hingga menyentuh bawah vaginanya. Tentu saja gerakanku masih di luar dasternya supaya ia tidak menolak. Ingin kulihat reaksinya. Dan yang terdengar hanya eh.. eh.. eh.. tiap kali tanganku mendorong ke atas.

“Sekarang balik, Mbak, biar depannya kupijat sekalian..”

“Cukup, Mas, nanti capai..”

“Nggak apa-apa, Mbak, nanti gantian Mbak Sum mijit aku lagi..”

Kudorong balik tubuhnya sampai telentang. Daster di bagian pahanya agak terangkat naik. Mula-mula betisnya kupijat lagi lalu tanganku merayap ke arah pahanya. Naik dan terus naik dan dasternya kusibak sedikit sedikit sampai kelihatan CD-nya.

“Mbak Sum pakai celana item ya?” gurauku sampai dia malu-malu.

“Saya jadi malu, Mas, kelihatan celananya..” sambil tangannya berusaha menurunkan dasternya lagi.

“Alaa.. yang penting kan nggak kelihatan isinya to, Mbak..” godaku lagi sambil menahan tangannya dan mengelus gundukan CD-nya dan membuat Mbak Sum menggelinjang.

Tangannya berusaha menepis tanganku. Melihat reaksinya yang tidak terlalu menolak, aku tambah berani. Dasternya makin kusingkap sehingga kedua pahanya yang besar mengkal terpampang di depanku. Namun aku tidak terburu nafsu. Kusibakkan kedua belah paha itu ke kiri-kanan lalu aku duduk di sela-selanya. Kupijat-pijat pangkal paha sekitar selangkangannya sambil sesekali jariku nakal menelusupi CD-nya.

“Egh.. egh.. sudah Mas, nanti keterusan..” tolaknya lemah.

Tangannya berusaha menahan tanganku, tapi tubuhnya tak menunjukkan reaksi menolak malah tergial-gial setiap kali menanggapi pijitanku.

“Keterusan gimana, Mbak?” tanyaku pura-pura bodoh sambil memajukan posisi dudukku sehingga penisku hampir menyentuh CD-nya. Dia diam saja sambil tetap memegangi tanganku supaya tidak keterusan.

“Ya deh, sekarang perutnya ya, Mbak..”

Tanganku meluncur ke arah perutnya sambil membungkuk di antara pahanya. Sambil memijat dan mengelus-elus perutnya, otomatis zakarku (yang masih terbungkus celana) menekan CD-nya. Merasa ada tekanan di CD-nya Mbak Sum segera bangun.

“Jangan Mas.. nanti keterusan.. Tidak baik..” lalu memegang tanganku dan setengah menariknya.

Kontan tubuhku malah tertarik maju dan menimpanya. Posisi zakarku tetap menekan selangkangannya sedang wajah kami berhadap-hadapan sampai hembusan nafasnya terasa.

“Jangan, Mas.. jangan..” pintanya lemah.

“Cuma begini saja, nggak apa-apa kan Mbak?” ujarku sambil mengecup pipinya.

“Aku janji, Mbak, kita hanya akan begini saja dan tidak sampai copot celana,” sambil kupandang matanya dan pelan kugeser bibirku menuju ke bibirnya.

Dia melengos tapi ketika kepalanya kupegangi dengan dua tangan jadi terdiam. Begitu pula ketika lidahku menelusuri relung-relung mulutnya dan bibir kami berciuman. Sesaat kemudian dia pun mulai merespons dengan hisapan-hisapannya pada lidah dan bibirku.

Targetku hari itu memang belum akan menyetubuhi Mbak Sum sampai telanjang. Karena itulah kami selanjutnya hanya berciuman dan berpelukan erat-erat, kutekan-tekankan pantatku. Bergulingan liar di atas permadani. Kuremas-remas payudaranya yang montok mengkal di balik daster. Entah berapa jam kami begituan terus sampai akhirnya kantuk menyerang dan kami tertidur di permadani sampai pagi. Dan ketika bangun Mbak Sum jadi tersipu-sipu.

“Maaf ya, Mas,” bisiknya sambil memberesi diri.

Tapi tangannya kutarik sampai ia jatuh ke pelukanku lagi.

“Nggak apa-apa, Mbak. Aku suka kok tidur sambil pelukan kayak tadi. Tiap malam juga boleh kok..” candaku.

Mbak Sum melengos ketika melihat tonjolan besar di celanaku.

Sejak saat itu hubunganku dengan Mbak Sum semakin hangat saja. Aku bebas memeluk dan menciumnya kapan saja. Bagai istri sendiri. Dan terutama waktu tidur, kami jadi lebih suka tidur berdua. Entah di kamarku, di kamarnya atau di atas permadani. Sengaja selama ini aku menahan diri untuk tidak memaksanya telanjang total dan berhubungan kelamin. Dengan berlama-lama menahan diri ini lebih indah dan nikmat rasanya, sama seperti kalau kita menyimpan makanan terenak untuk disantap paling akhir.

Hingga suatu malam di ranjangku yang besar kami saling berpelukan. Aku bertelanjang dada dan Mbak Sum pakai daster. Masih sekitar jam 9 waktu itu dan kami terus asyik berciuman, berpagutan, berpelukan erat-erat saling raba, pijat, remas. Kuselusupkan tanganku di bawah dasternya lalu menariknya ke atas. Terus ke atas hingga pahanya menganga, perutnya terbuka dan akhirnya beha putihnya nampak menantang. Tanpa bicara dasternya terus kulepas lewat kepalanya.

“Jangan, Mas..” Mbak Sum menolak.

“Nggak apa-apa, Mbak, cuma dasternya kan..” rayuku.

Dia jadi melepaskan tanganku. Juga diam saja ketika aku terang-terangan membuka celana luarku hingga kami sekarang tinggal berpakaian dalam. Kembali tubuh gempal janda montok itu kugeluti, kuhisap-hisap puncak branya yang nampak kekecilan menampung teteknya. Mbak Sum mendesis-desis sambil meremasi rambut kepalaku dan menggapitkan pahanya kuat-kuat ke pahaku.

“Mbak Sum pingin kita telanjang?” tanyaku.

“Jangan, Mas. Pingin sih pingin.. tapi.. gimana ya..”

“Sudah berapa lama Mbak Sum tidak ngeseks?”

“Ya sejak suami Mbak meninggal.. kira-kira tiga tahun..”

“Pasti Mbak jadi sering masturbasi ya?”

“Kadang-kadang kalau sudah nggak tahan, Mas..”

“Kalau main dengan pria lain?”

“Belum pernah, Mas..”

“Masak sih, Mbak? masak nggak ada yang mau?”

“Bukan begitu, tapi aku yang nggak mau, Mas..”

“Kalau sama aku kok mau sih, Mbak?” godaku lagi.

“Ah, kan Mas yang mulai.. dan lagi, kita kan nggak sampai anu..”

“Anu apa, Mbak?”

“Ya itu.. telanjang gitu..”

“Sekarang kita telanjang ya, Mbak..”

“Eee.. kalau hamil gimana, Mas?”

“Aku pakai kondom deh..”

“Ng.. tapi itu kan dosa, Mas?”

“Kalau yang sekarang ini dosa nggak, Mbak?” tanyaku mentesnya.

“Eee.. sedikit, Mas,” jawabnya bingung.

Aku tersenyum mendengar jawaban mengambang itu dan kembali memeluk erat-erat tubuh sekalnya yang menggemaskan. Kuremas dan kucium-cium pembungkus teteknya. Ia memeluk punggungku lebih erat. Kuraba-raba belakang punggungnya mencari lalu melepas kaitan branya.

“Ja..jangan, Mas..” Bisiknya tanpa reaksi menolak dan kulanjutkan gerakanku.

Mbak Sum hanya melenguh kecil ketika branya kutarik dan kulemparkan entah kemana. Dua buah semangka segar itu langsung kukemut-kemut putingnya. Kuhisap, kumasukkan mulut sebesar-besarnya, kugelegak, sambil kulepas CD-ku. Mbak Sum terus mendesis-desis dan bergetar-getar tubuhnya. Kami bergumul berguling-guling. Kutekan-tekan selangkangannya dengan zakarku.

“Gimana, Mbak.. sudah siap kuperawani?” tanganku menjangkau CD-nya dan hendak melepasnya.

“Jangan, Mas. Kalau hamil gimana?”

“Ya ditunggu saja sampai lahir to, Mbak..” gurauku sambil berusaha menarik lepas CD-nya.

Mbak Sum berusaha memegangi CD-nya tapi seranganku di bagian atas tubuhnya membuatnya geli dan tangannya jadi lengah. Cd-nya pun merosot melewati pantatnya.

“Kalau hamil, siapa yang ngurus bayinya?”

“Ya, Mbak lah, kan itu anakmu.. tugasku kan cuma bikin anak, bukan ngurusi anak..” godaku terus.

“Dasar, mau enaknya sendiri..” Mbak Sum memukulku pelan, tangannya berusaha menjangkau CD dari bawah pahanya tapi kalah cepat dengan gerakanku melepas CD itu dari kakinya. Buru-buru kukangkangkan pahanya lalu kubenamkan lidahku ke situ. Slep.. slep.. slep.. Mbak Sum melenguh dan menggeliat lagi sambil meremasi kepalaku. Nampak dia berada dalam kenikmatan. Beberapa menit kemudian, aku memutar posisi tubuhku sampai batang zakarku tepat di mulutnya sementara lidahku tetap beroperasi di vulvanya. Dengan agak canggung-canggung dia mulai menjilati, mengulum dan menghisapnya. Vulvanya mulai basah, zakarku menegang panjang. Eksplorasi dengan lidah kuteruskan sementara tanganku memijit-mijit sekitar selangkangan hingga anusnya.

“Agh.. agh.. Maas.. ak.. aku..”

Mbak Sum tak mampu bersuara lagi, hanya pantatnya terasa kejang berkejat-kejat dan mengalirlah cairan maninya mengaliri mulutku. Kugelegak sampai habis cairan bening itu.

“Isap anuku lebih keras, Mbak!” perintahku ketika kurasakan maniku juga sudah di ujung zakar.

Dan benar saja, begitu diisap lebih keras sebentar kemudian spermaku menyembur masuk ke kerongkongan Mbak Sum yang buru-buru melepasnya sampai mulutnya tersedak berlepotan sperma. Kami pun terjelepak kelelahan. Kuputar tubuhku lagi dan malam itu kami tidur telanjang berpelukan untuk pertama kalinya. Tapi zakarku tetap tidak memerawani vaginanya. Aku masih ingin menyimpan “makanan terenak” itu berlama-lama.

Selanjutnya kegiatan oral seks jadi kegemaran kami setiap hari. Entah pagi, siang maupun malam bila salah satu dari kami (biasanya aku yang berinisiatif) ingin bersetubuh ya langsung saja tancap. Entah itu di kamar, sambil mandi bersama atau bergulingan di permadani. Tiap hari kami mandi keramas dan entah berapa banyak bercak mani di permadani. Selama itu aku masih bertahan dan paling banter hanya memasukkan kepala zakarku ke vaginanya lalu kutarik lagi. Batangnya tidak sampai masuk meski kadang Mbak Sum sudah ingin sekali dan menekan-nekan pantatku. “Kok nggak jadi masuk, Mas?” tanyanya suatu hari.

“Apa Mbak siap hamil?” balikku.

“Kan aku bisa minum pil kabe to Mas..”

“Bener nih Mbak rela?” jawabku menggodanya sambil memasukkan lagi kepala zakarku ke memeknya yang sudah basah kuyup.

“Heeh, Mas,” dia mengangguk.

“Mbak nggak merasa bersalah sama suami?”

“Kan sudah meninggal, Mas.”

“Sama anak-anak?”

Ia terdiam sesaat, lalu jawabnya lirih, “A.a.. aku kan juga masih butuh seks, Mas..”

“Mana yang Mbak butuhkan, seks atau suami?” tanyaku terus ingin tahu isi hatinya.

Kuangkat lagi kepala zakarku dari mulut memeknya lalu kusisipkan saja di sela-sela pahanya.

“Pinginnya sih suami, Mas.. tapi kalo Mas jadi suamiku kan nggak mungkin to.. Aku ini kan cuma orang desa dan pembantu..” jawabnya jujur.

“Jadi, kalau sama aku cuma butuh seksnya aja ya Mbak? Mbak cuma butuh nikmatnya kan? Mbak Sum pingin bisa orgasme tiap hari kan?”

Mbak Sum tersipu. Tidak menjawab malah memegang kepalaku dan menyosor bibirku dengan bibirnya. Kami kembali berpagutan dan bergulingan. Zakar besar tegangku terjepit di sela pahanya lalu cepat-cepat aku berbalik tubuh dan memasukkan ke mulutnya. Otomatis Mbak Sum menghisap kuat-kuat zakarku sama seperti aku yang segera mengobok-obok vaginanya dengan tiga jari dan lidahku. Sejenak kemudian kembali kami orgasme dan ejakulasi hampir bersamaan. Yah, bisakah pembaca bersetubuh seperti kami? Saling memuasi tanpa memasukkan zakar ke vagina.

Hubungan nikmat ini terus berlangsung hingga suatu sore sepulangku kerja Mbak Sum memberiku sekaplet pil kabe dan sekotak kondom kepadaku.

“Sekarang terserah Mas, mau pakai yang mana? Mbak sudah siap..” tantangnya.

Aku jadi membayangkan penisku memompa vaginanya yang menggunduk itu.

“Mbak benar-benar ikhlas?” tanyaku.

“Lha memang selama ini apa Mas? Saya kan sudah pasrah diapakan saja sama Mas.”

“Mbak tidak kuatir meskipun aku nggak bakalan jadi suami Mbak?” lanjutku sambil berjaga-jaga untuk menghindari resiko bila terjadi sesuatu di belakang hari.

“Saya sudah ikhlas lega lila, mau dikawini saja tiap hari atau dinikahi sekalian terserah Mas saja. Saya benar-benar tidak ada pamrih apa-apa di belakang nanti.. Saya hanya ingin kita berhubungan seks dengan maksimal.. tidak setengah-setengah seperti sekarang ini..”

Haah, ternyata Mbak Sum pun jadi berkobar nafsu syahwatnya setelah berhubungan seks denganku secara khusus selama ini. Ternyata wanita ini memendam hasrat seksual yang besar juga. Sampai rela mengorbankan harga dirinya. Aku jadi tak tega, tapi sekaligus senang karena tidak bakal menanggung resiko apapun dalam berhubungan seks dengan dia. Aku selama ini kan memang hanya mengejar nafsu dan nampaknya Mbak Sum pun terbawa iramaku itu. Ya, seks hanya untuk kesenangan nafsu dan tubuh. Tanpa rasa cinta. Tidak perlu ada ketakutan terhadap resiko harus menikahi, punya anak dsb. Kapan lagi aku dapat prt sekaligus pemuas nafsu dengan tarif semurah ini (gajinya sebulan 150 ribu rupiah kadang kutambah 50 atau 100 ribu kalau ada rejeki lebih). Bandingkan biayanya bila aku harus cari wanita penghibur setiap hari. Dan kayaknya yang seperti inilah yang disukai para pria pengobral zakar dan mungkin sebagian besar pembaca 17Tahun inipun termasuk di dalamnya. Mau nikmatnya, nggak mau pahitnya. Begitu, kan? Ngaku ajalah, nggak usah cengar-cengir kayak monyet gitu. Soal seks kita sama dan sebangun kok. He he he..

“Sekarang aku mau mandi dulu, Mbak. Urusan itu pikirin nanti saja,” jawabku sambil melepas pakaian dan jalan ke kamar mandi bertelanjang.

Kutarik tangan Mbak Sum untuk menemaniku mandi. Pakaiannya pun sudah kulepasi sebelum kami sampai ke pintu kamar mandi. Hal seperti ini sudah biasa kami lakukan. Saling menggosok dan memandikan sambil membangkitkan nafsu-nafsu erotis kami. Dan acara mandi bersama selalu berakhir dengan tumpahnya sperma dan mani kami bersama-sama karena saling isep.

Dan godaan untuk bermain seks dengan tuntas semakin besar setelah ada pil kabe dan kondom yang dibeli Mbak Sum. Esok malamnya eksperimen itu akan kami mulai dengan kondom lebih dulu. Soalnya aku takut kalau ada efek samping bila Mbak Sum minum pil kabe. Kata orang kalau nggak cocok malah bikin kering rahim. Kan kasihan kalau orang semontok Mbak Sum rahimnya kering. Malam itu seusai makan malam dan nonton TV sampai jam sembilan, kami mulai bergulingan di permadani. Satu persatu penutup tubuh kami bertebaran di lantai. Putingya kupelintir dan sebelah lagi kukemut dan kugigit-gigit kecil sementara tangan kananku menggosok-gosok pintu memek Mbak Sum sampai dia mengerang-erang mau orgasme.

“Sekarang pakai ya, Mas,” bisiknya sambil menggenggam kencang zakarku yang tegang memanjang.

“Heeh,” jawabku lalu dia menjangkau sebungkus kondom yang sudah kamu sediakan di sebelah TV.

Disobeknya lalu karet tipis berminyak itu pelan-pelan disarungkannya ke penisku. Mbak Sum nampak hati-hati sekali.

“Wah, jadi gak bisa diisep Mbak nih,” kataku.

“Kan yang ngisep ganti mulut bawah, Mas..” Guraunya membuatku tersenyum sambil terus meremas-remas teteknya.

Sleeb.. lalu karet tipis itupun digulungnya turun sampai menutupi seluruh batangku.

“Sudah, Mas,” katanya sambil menelentangkan tubuh dan mengangkan pahanya lebar-lebar.

Perlahan aku mengangkanginya.

“Sekarang ya, Mbak,” bisikku sambil memeluknya mesra.

Mbak Sum memejamkan mata. Perlahan zakarku dipegang, diarahkan ke lobang nikmatnya. Kuoser-oser sebentar di depan pintunya barulah kudesakkan masuk. Masuk separuh. Mbak Sum melenguh..

“Sakit Mbak?”

“Sedikit..”

Kuhentikan sebentar lalu kudorong lagi pelan-pelan dan dia mulai melepasnya. Bless.. slep.. kugerakkan pantatku maju-mundur naik-turun. Matanya merem melek, tangan kami berpelukan, tetek tergencet dadaku, bibir kami saling kulum. Kugenjot terus, kupompa, kubajak, kucangkul, kumasuki, kubenamkan, dalam dan semakin dalam, gencar, cepat dan kencang. Sampai akhirnya gerakkanku terhambat ketika mendadak Mbak Sum memelukkan pahanya erat-erat ke pahaku.

“Akk.. aku sampai Mas.. egh.. egh..”

Dan seerr.. terasa cairan hangat menerpa zakarku. Kuhentikan gerakanku, dan hanya membenamkannya dalam-dalam. Menekan dan menekan masuk. Rasanya agak kurang enak karena batangku terbungkus karet tipis itu.

Kubiarkan Mbak Sum istirahat sejenak sebelum aku mulai memompanya lagi bertubi-tubi sambil kueksplorasi bagian sensitif tubuhnya hingga dia kembali terangsang.

“Mbak pingin keluar lagi?” tanyaku.

“Kk.. kalau bisa, Mas.. keluar sama-sama..” ajaknya sambil mulai menggoyang dan memutar-mutar bokongnya.

Aku merasakan nikmat yang belum pernah kurasakan. Soalnya kan baru pertama kali ini zakarku menancapi lubangnya. Ternyata hebat juga goyangannya. Goyang ngebornya Inul, ngecornya Denada atau ngedennya Camelia Malik kalah jauh deh.. soalnya mana mungkin aku ngrasain vagina mereka kan? Dan kenikmatan itu semakin terasa diujung batangku. Gerakan pompaku semakin cepat dan cepat.

“Mbak.. hh.. hh.. hh..” dengus nafasku terus memacu gerak maju mundur pantatku.

Sementara dengan tak kalah brutalnya Mbak Sum melakukan yang sama dari bawah.

“Ak.. aku sudah mau Mbak..” pelukku ketat ke tubuhnya.

Kutindih, kuhunjamkan dalam-dalam, kuhentakkan ketika sperma keluar dari ujung batangku. Yang pasti Mbak Sum tak bakalan merasakan semburannya karena toh sudah tertampung di ujung kondom. Sejenak kemudian Mbak Sum pun meregang dan berkejat-kejat beberapa kali sambil membeliak-beliak matanya. Dia orgasme lagi. Tubuhnya tetap kutelungkupi. Nafas kami memburu. Mata kami terpejam kecapaian. “Puas, Mbak?” bisikku sambil mengulum telinganya. Dia mengangguk kecil. Kami kembali tidur berpelukan. Mungkin dia tengah membayangkan tidur dengan suaminya. (Sementara aku tidak membayangkan apapun kecuali sesosok daging mentah kenyal yang siap kugenjot setiap saat). Hehehe.. kasihan Mbak Sum kalau dia tahu otak mesumku. Tapi kenapa mesti dikasihani kalau dia juga menikmati? Ya kan? Ya kan? Aku sering bertanya-tanya: Bila seorang wanita orgasme ketika dia diperkosa, apakah itu bisa disebut perkosaan? Siapa bisa jawab?

Sambil menunggu jawab Anda, aku dan Mbak Sum terus mereguk kepuasan dengan pakai kondom. Sayangnya satu kondom hanya bisa dipakai satu kali main. Kalau lebih dikuatirkan bocor. Makanya hanya dalam sehari itu kondom satu dus habislah sudah. Anda bisa hitung sendiri berapa kali aku ejakulasi.

Esoknya, “Mbak, kondomnya habis, mau pakai pil?” tanyaku.

“Boleh,” jawabnya santai.

Dan malam itu mulailah ia minum pil sesuai jadwal dan hasilnya.. ternyata kami lebih puas karena tidak ada lagi selaput karet tipis yang menahan semburan spermaku memasuki gua garba Mbak Sum.

“Mas.. Mas.. semprot terus Mas, enak banget..” serunya ketika aku ejakulasi sambil berkejat-kejat diatas pahanya belasan kali menghunjamkan zakar yang menyemprot puluhan kali.

Dari cret, crit, crut, crat sampai crot crot crot lalu cret cret cret lagi!! Soal rahim kering sudah tak kupikir lagi. Biar saja mau kering mau basah wong yang melakukan manggut-manggut saja tuh. Yah, dalam semalam minimal kami pasti sampai tiga kali orgasme dan ejakulasi. Sedangkan pagi atau siang tidak selalu kami lakukan. Kami bagaikan sepasang maniak seks. Ditambah vCD-vCD triple-x yang kutontonkan padanya, Mbak Sum jadi semakin ahli mengolah persetubuhan kami jadi kenikmatan tiada tara.

Kamis, 26 November 2015

CERITA HOT : Janda Binal Dan Perjaka Culun



Namaku Sari, asli dari Solo, pernah 4 kali menikah, tapi tidak pernah bisa hamil, sehingga mantan-mantan suami semua meninggalkanku, bodyku sexy, kulitku kuning langsat, tinggiku 161 cm dengan berat badan 50 kg, "kamu persis Desy Ratnasari, Sari!", kata mantan suamiku terakhir. Banyak laki-laki lain juga mengatakan aku persis seperti Desy Ratnasari. Aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di kota Gudeg Yogyakarta, majikanku seorang janda berusia 50 thn, Ibu Sumiati yang masih bekerja sebagai pegawai negeri di Gubernuran. Anaknya 3 orang.Yang pertama perempuan, Aryati 28 thn, bekerja sebagai sekretaris, 2 bulan lagi menikah. Yang kedua juga perempuan, Suryati 25 thn, bekerja sebagai guru. Yang ketiga laki-laki , satu-satunya laki-laki di rumah ini, tampan dan halus budi-pekertinya, Harianto 22 tahun, masih kuliah, kata Ibu Sum, Mas Har (demikian aku memanggilnya) tahun depan lulus jadi insinyur komputer. Wah hebat, sudah guaaanteng, pinter pula... Setiap pagi, aku selalu bangun jam 4:30, sebelum bekerja aku sudah mandi dengan sangat bersih, berpakaian rapi. Aku selalu memakai rok panjang hingga semata- kaki, bajuku berlengan panjang. Aku tahu, Ibu Sum senang dengan cara berpakaianku, dia selalu memujiku bahwa aku sopan dan soleha, baik sikap yang santun, maupun cara berpakaian. Meskipun begitu, pakaianku semuanya agak ketat, sehingga lekuk-lekuk tubuhku cukup terlihat dengan jelas. Mas Har sering melirik ke arahku sambil terkagum-kagum melihat bentuk tubuhku, aku selalu membalasnya dengan kedipan mata dan goyangan lidah ke arahnya, sehingga membuat wajahnya yang lugu jadi pucat seketika. Paling telat jam 7:15, mereka semua berangkat meninggalkan rumah, kecuali Mas Har sekitar jam 8:00. Aku tahu, Mas Har sangat ingin menghampiriku dan bercumbu denganku, tapi ia selalu nampak pasif, mungkin ia takut kalau ketahuan ibunya. Padahal aku juga ingin sekali merasakan genjotan keperjakaannya. Pagi itu, mereka semua sudah pergi, tinggal Mas Har dan aku yang ada di rumah, Mas Har belum keluar dari kamar, menurut Ibu Sum sebelum berangkat tadi bahwa Mas Har sedang masuk angin, tak masuk kuliah. Bahkan Ibu Sum minta tolong supaya aku memijatnya, setelah aku selesai membersihkan rumah dan mencuci pakaian. "Baik, Bu!", begitu sahutku pada Ibu Sum. Ibu Sum sangat percaya kepadaku, karena di hadapannya aku selalu nampak dewasa, dengan pakaian yang sangat sopan. Setelah pasti mereka sudah jauh meninggalkan rumah, aku segera masuk kamarku dan mengganti pakaianku dengan rok supermini dan kaus singlet yang ketat dan sexy. Kusemprotkan parfum di leher, belakang telinga, ketiak, pusar dan pangkal pahaku dekat lubang vagina. Rambutku yang biasanya kusanggul, kuurai lepas memanjang hingga sepinggang. Kali ini, aku pasti bisa merenggut keperjakaan Mas Har, pikirku. "Mas Har. Mas Har!" panggilku menggoda, "tadi Ibu pesan supaya Mbak Sari memijati Mas Har, supaya Mas Har cepat sembuh. Boleh saya masuk, Mas Har?" Pintu kamarnya langsung terbuka, dan nampak Mas Har terbelalak melihat penampilanku, "Aduh, kamu cantik sekali, Mbak Sari... Persis Desy Ratnasari... ck, ck, ck..." "Ah, Mas Har, bisa saja, jadi mau dipijat?" "Jadi, dong..." sekarang Mas Har mulai nampak tidak sok alim lagi, "ayo , ayo..." , ditariknya tanganku ke arah tempat tidurnya yang wangi... . "Kok Wangi, Mas Har?" Rupanya dia juga mempersiapkan tempat tidur percumbuan ini, dia juga sudah mandi dengan sabun wangi. "Ya dong, kan ada Desy Ratnasari mau datang ke sini," . Kami mulai mengobrol ngalor-ngidul , dia tanya berapa usiaku, dari mana aku berasal, sudah kawin atau belum, sudah punya anak atau belum, sampai kelas berapa aku sekolah. Omongannya masih belum "to-the- point", padahal aku sudah memijatnya dengan sentuhan- sentuhan yang sangat merangsang. Aku sudah tak sabar ingin bercumbu dengannya, merasakan sodokan dan genjotannya, tapi maklum sang pejantan belum berpengalaman. "Mas Har sudah pernah bercumbu dengan perempuan?", aku mulai mengarahkan pembicaraan kami, dia hanya menggeleng lugu. "Mau Mbak Sari ajari?", wajahnya merah padam dan segera berubah pucat. Kubuka kaus singletku dan mulai kudekatkan bibirku di depan bibirnya, dia langsung memagut bibirku, kami bergulingan di atas tempat tidurnya yang empuk dan wangi, kukuatkan pagutanku dan menggigit kecil bibirnya yang merah delima, dia makin menggebu, batang penisnya mengeras seperti kayu.. . Wow! dia melepas beha-ku, dan mengisap puting susuku yang kiri, dan meremas-remas puting susuku yang kanan... "Aaah.. sssshhhh, Mas Har, yang lembut doooong..." desahku makin membuat nafasnya menderu... "Mbak Sari, aku cinta kamu...." suaranya agak bergetar.. "Jangan, Mas Har, saya cuma seorang Pembantu, nanti Ibu marah," kubisikkan desahanku lagi... . Kulucuti seluruh pakaian Mas Har, kaos oblong dan celana pendeknya sekaligus celana dalamnya, langsung kupagut penisnya yang sudah menjulang bagai tugu monas, kuhisap-hisap dan kumaju-mundurkan mulutku dengan lembut dan terkadang cepat... "Aduuuh, enaaaak, Mbak Sari.... " jeritnya... Aku tahu air-mani akan segera keluar, karena itu segera kulepaskan penisnya, dan segera meremasnya bagian pangkalnya, supaya tidak jadi muncrat. Dia membuka rok-miniku sekaligus celana dalamku, segera kubuka selangkanganku. "Jilat itil Mbak Sari, Mas Haaaarrr.. ., yang lamaaa...", godaku lagi... Bagai robot, dia langsung mengarahkan kepalanya ke vegie-ku dan menjilati itilku dengan sangat nafsunya... . "Sssshhhh, uu-enaaak , Mas Haaaarrrr...., sampai air mani Mbak Sari keluar, ya mas Haaar". "Lho, perempuan juga punya air mani..?" tanyanya blo' on. Aku tak menyahut karena keenakan... "Mas Haaarrr, saya mau keluaaar..." serrrrr....serrrrr.... membasahi wajahnya yang penuh birahi. "Aduuuuh, enak banget, Mas Har! Mbak Sari puaaaaaassss sekali bercinta dengan Mas Har.. ... penis Mas Har masih keras? ...belum keluar ya? Mari saya masukin ke liang kenikmatan saya, Mas! Saya jamin Mas Har pasti puas-keenakan.. .." Kugenggam batang penisnya, dan kutuntun mendekati lubang vegieku, kugosok-gosokkan pada itilku, sampai aku terangsang lagi.. . Sebelum kumasukkan batang keperkasaannya yang masih ting-ting itu ke lubang vegieku, kuambil kaos singletku dan kukeringkan dulu vegieku dengan kaos, supaya lebih peret dan terasa uuenaaaak pada saat ditembus penisnya Mas Har nanti... "Sebelum masuk, bilang 'kulonuwun' dulu, dong sayaaaaaang... ", Candaku.... Mas Har bangkit sebentar dan menghidupkan radio-kaset yang ada di atas meja kecil di samping ranjang... lagunya... mana tahaaaan.... "Kemesraan ini Janganlah Cepat Berlalu...." "Kulonuwun, Mbak Sari...cintakuuuuu. ..." "Monggo, silakan masuk, Mas Haaaarrr Kekasihkuuuuu...", segera kubuka lebar-lebar selangkanganku, sambil kuangkat pinggulku lebih tinggi dan kuganjel dengan guling yang agak keras, supaya batang penisnya bisa menghujam dalam-dalam .... Sreslepppppp...... blebessss.... "Auuuuuow...." , kami berdua berteriak bersamaan..... "Enaaaak banget Mbak Sari, vegie Mbak Sari kok enak gini sih....?" "Karena Mbak Sari belum pernah melahirkan, Mas Har... Jadi vegie Mbak Sari belum pernah melar dibobol kepala bayi..... kalau pernah melahirkan, apalagi kalau sudah melahirkan berkali-kali , pasti vegienya longgar sekali, dan nggak bisa rapet seperti vegienya Mbak Sari begini, sayaaaaang... lagi pula Mbak selalu minum jamu sari-rapet , pasti SUPER- PERET...." , kami berdua bersenggama sambil cekikikan keenakan... Kami berguling-guling di atas ranjang-cinta kami sambil berpelukan erat sekali.. .. Sekarang giliranku yang di atas... Mas Har terlentang keenakan, aku naik- turunkan pinggulku, rasanya lebih enak bila dibanding aku di bawah, kalau aku di atas, itilku yang bertumbukan dengan pangkal penis Mas Har, menimbulkan rasa nikmat yang ruaaaaarbiassssa uu- enaaaaaaknya..... Keringat kami mulai berkucuran, padahal kamar Mas Har selalu pakai AC, sambil bersenggama kami mulut kami tetap berpagutan-kuat. Setelah bosan dgn tengkurap di atas tubuh Mas Har, aku ganti gaya. Mas Har masih tetap terlentang, aku berjongkok sambil kunaik-turunkan bokongku. Mas Har malah punya kesempatan untuk menetek pada susuku, sedotannya pada tetekku makin membuatku tambah liar, serasa seperti di-setrum sekujur tubuhku. Setelah 10 menit aku di atas, kami berganti gaya lagi... kami berguling- gulingan lagi tanpa melepaskan penis dan vegie kami. Sekarang giliran Mas Har yang di atas, waduuuuh... sodokannya mantep sekali... terkadang lambat sampai bunyinya blep-blep-blep ... terkadang cepat plok-plok-plok ... benar-benar beruntung aku bisa senggama dengan Mas Harianto yang begini kuaaaatnya, kalau kuhitung- kuhitung sudah tiga kali cairan vegieku keluar karena orgasme, kalau ditambah sekali pada waktu itilku dijilati tadi sudah empat kali aku orgasme. .. benar-benar vegieku sampai kredut- kredut karena dihujam dengan mantapnya oleh penis yang sangat besar dan begitu keras, bagaikan lesung dihantam alu..... bertubi- tubi.... kian lama kian cepat.... .. waduuuuhhhhh..... Wenaaaaaaaaakkkkk tenaaaaan...... "Mbak Sari, aku hampir keluaaaaaar nih...!!" ... "Saya juga mau keluar lagi untuk kelima kalinya ini, Mas Haaaaar.... Yuk kita bersamaan sampai di puncak gunung kenikmatan, yaaa sayaaaaanngggg" "Ambil nafas panjang, Mas Har. lalu tancepkan penisnya sedalam- dalamnya sampai kandas. ..... baru ditembakkan, ya Maaaasss... ssssshhhhhh....... ." Sambil mendesis, aku segera mengangkat pinggulku lagi, kedua kakiku kulingkarkan pada pinggangnya, guling yang sudah terlempar tadi kuraih lagi dan kuganjelkan setinggi-tingginya pada pinggulku, hujaman penis Mas Har semakin keras dan cepat, suara lenguhan kami berdua hhh...hhhhh. ...hhhhhh.. ... seirama dengan hujaman penisnya yang semakin cepat. .... "Tembakkan sekaraaaaang, Maaaasssss!", Mas Har menancapkan penisnya lebih dalam lagi, padahal sedari tadi sudah mentok sampai ke mulut rahimku.... bersamaan dengan keluarnya cairan vegieku yang kelima kali, Mas Har pun menembakkan senjata otomatis berkali-kali dengan sangat kerasnya. ... CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! Berhenti sebentar dan CROOTTTTT!!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! lagi..... Seperti wong edan, kami berdua berteriak panjaaaaanggg bersamaan; "Enaaaaaaaaaakkkkk!". .... sekujur tubuhku rasanya bergetar semuanya... dari ujung kepala sampai ujung kaki, terutama vegieku sampai seperti "bonyok" rasanya..... Mas Har pun rebah tengkurep di atas tubuh telanjangku..... sambil nafas kami kejar-mengejar karena kelelahan....... ...... ..... "Jangan cabut dulu, ya Maaasss sayaaaang... masih terasa enaknya... tunggu sampai semua getaran dan nafas kita reda, baru Mas Har boleh cabut yaaa.... .." pintaku memelas. .... kami kembali bercipokan dengan lekatnya...... penisnya masih cukup keras, dan tidak segera loyo seperti punya mantan-mantan suamiku dulu.... "Mbak Sari sayaaaang, terima kasih banyak ya..... pengalaman pertama ini sungguh-sungguh luar biasa.. . Mbak Sari telah memberikan pelayanan dan pelajaran yang maha-penting untuk saya... saya akan selalu mencintai dan memiliki Mbak Sari selamanya.. .." "Mas Har cintaku, cinta itu bukan harus memiliki... tanpa kawin pun kalau setiap pagi --setalah Ibu & Mbak-mbak Mas Har pergi kerja-- , kita bisa melakukan senggama ini, saya sudah puas kok, Massss... .. Apalagi Mas Harianto tadi begitu kuatnya, setengah jam lebih lho kita tadi bersetubuhnya, Mas! Sampai vegie saya endut-endutan rasanya tadi..... " "Aku hari ini tidak pergi kuliah, kebetulan memang ada acara untuk mahasiswa baru... jadi ndak ada kuliah...", kata Mas Harianto. "Nah... kalau begitu, hari ini kita kan punya banyak waktu, pokoknya sampai sebelum Ibu dan Mbak- mbak Mas Har pulang nanti sore, kita main teruuuusss, sampai 5 ronde, kuat nggak Mas Har?", sahutku semakin menggelorakan birahinya. "Nantang ya?" Tanyanya sambil tersenyum manis, tambah guanteeeeng dia.... . "aku cabut sekarang, ya Mbak? sudah layu tuh sampai copot sendiri... ." kami tertawa cekikikan dengan tubuh masih telanjang bulat. ... setelah mencabut penisnya dari vegieku, Mas Har terlentang di sisiku, kuletakkan kepalaku di atas dadanya yang lapang dan sedikit berbulu.... radio kaset yang sedari tadi terdiam, dihidupkan lagi... lagunya masih tetap "kemesraan ini janganlah cepat berlaluuuuuu... ." Setelah lagunya habis, "Mas sayaaang, Mbak Sari mau bangun dulu ya.... Mbak Sari harus masak sarapan untuk Mas...." "Untuk kita berdua, dong, Mbak Sari.... masak untuk dua porsi ya... nanti kita makan berdua sambil suap-suapan. Setuju?", sambil ditowelnya tetekku, aku kegelian dan "auuuwwww! Mas sudah mulai pinter nggangguin Mbak Sari ya.., Mbak Sari tambah sayang deh". Aku bangkit dari ranjang, dan berlari kecil ke kamar mandi yang jadi satu dengan kamar tidurnya, "Mas, numpang cebokan, ya..." Kuceboki vegieku, vegie Sari yang paling beruntung hari ini, karena bisa merenggut dan menikmati keperjakaan si ganteng Mas Har... waduuuuhhh... benar-benar nikmat persetubuhanku tadi dengannya.. meskipun vegieku sampai kewalahan disumpal dengan penis yang begitu gede dan kerasnya -- hampir sejengkal-tanganku panjangnya.... wheleh.. wheleh. ... "Sebelum bikin nasi goreng, nanti Mbak bikinkan Susu-Telor -Madu-Jahe (STMJ) buat Mas Har, biar ronde- ronde berikutnya nanti Mas tambah kuat lagi, ya sayaaaaaang.. .." Kuambil selimut dan kututupi sekujur tubuhnya dengan selimut, sambil kubisikkan kata-kata sayangku... "Sekarang Mas Har istirahat dulu, ya..." kuciumi seluruh wajahnya yang mirip Andy Lau itu... "Terima kasih, Mbak Sari... Mbak begitu baik sama saya... saya sangat sayang sama Mbak Sari..." . Kupakai pakaianku lagi, segera aku lari ke dapur dan kubuatkan STMJ untuk kekasihku.... setelah STMJ jadi, kuantarkan lagi ke kamarnya, "Mas Har sayaaaang.... mari diminum dulu STMJ-nya , biar penisnya keras kayak batang kayu nanti, nanti Mbak Sari ajari lagi gaya-gaya yang lain, ada gaya kuda-kudaan, anjing-anjingan, gaya enam-sembilan (69), dan masih ada seratus gaya lagi lainnya, Masssss," kataku membangkitkan lagi gelora birahinya... selesai minum diciuminya bibirku dan kedua pipiku.... dan Mas Harianto- ku, cintaanku, tidur lagi dengan tubuh telanjang dilapisi selimut. Aku segera kembali ke tempat biasanya aku mencuci pakaian majikanku, menyapu rumah dan mengepelnya.. semua kulakukan dengan cepat dan bersih, supaya tidak ada ganjelan utang kerjaan pada saat bersenggama lagi dengan Mas Har nanti... . Kumasakkan nasi goreng kesukaan Mas Har dalam porsi yang cukup besar, sehingga cukup untuk sarapan berdua dan juga makan siang berdua... hmmm.... nikmat dan mesranya... seperti penganten baru rasanya... Setelah nasi gorengnya jadi, kusiapkan dalam piring yang agak lebar, kutata penyajian dengan kelengkapan tomat, timun, telur mata- sapi, dan kulengkapi pula dengan sebuah pisang mas yang agak mungil, kusiapkan pula segelas coca-cola kesukaannya. Dengan memakai daster tipis tanpa beha dan celana dalam, kuantarkan makanan tadi ke kamarnya. Langsung kubuka saja pintu kamarnya..... ....... ....... ... ...... . Aduh! Betapa terkejutnya diriku, ketika kulihat Mas Har sudah bangun dari tidurnya, tanpa memakai selimut lagi, Mas Har sedang ngeloco (mengocok penisnya) dengan wajah merah- padam... Segera kuletakkan makanan di atas meja tulisnya.. "Aduuuuhhh, jangan seperti itu, sayang, ngocoknya... nanti bisa lecet... nanti pasti Mbak Sari kocokin... tapi Mas Har harus makan dulu, supaya ada tenaga lagi... kalau ndak makan dulu, nggak bisa kuat dan tahan lama senggamanya, Mas!" Kutanggalkan dasterku, segera dia menyergap tubuh telanjangku, dihisapnya puting tetekku yang kanan, sedang tangannya memilin tetekku yang kiri.. . Kupikir ini pasti gara-gara STMJ tadi, "Sabar dong, Mas-ku tersayaaaaang.. ., yuk kita makan nasi goreng kesukaan Mas, sepiring berdua Mas, kayak judulnya lagu dangdut... " Kusuapi Mas Har-ku dan disuapinya pula aku, sambil tangannya mengkilik- kilik itilku dengan sangat nakalnya. Wah! Edhiaan tenan reaksi STMJ tadi.... Hihihi... "Mas Har sayang, jangan kenceng- kenceng dong kilikannya, nggak nikmaaat.... ", dia memperlambat kilikannya, sambil kami lanjutkan dan tuntaskan sarapan kami. Selesai makan, kuambilkan pula segelas besar coca-cola, kuulurkan gelas coca-cola ke mulutnya. Minum seteguk, Mas Har pun mengambil gelas dan mengulurkan pula ke mulutku... . wah! mesranya, Mas Har-ku ini... Kuambil pisang mas, kukupas dan kubuang kulitnya, lalu aku berbaring di samping Mas Har, kubuka selangkanganku lebar-lebar , dan kumasukkan pisang tadi ke dalam liang vegieku.... Mas Har agak terkejut, "Ayo! Bisa nggak makan pisang sampai habis dari lubang vegie Mbak Sari? Kalau bisa, nanti Mbak Sari ajari teknik-teknik dan gaya-gaya senggama yang lain deh!" "Siapa takut!" sahut Mas Har.. . Dia segera menaiki tubuhku, dengan posisi tengkurap... mulutnya di depan vegieku, ditariknya pisang itu dengan pelan-pelan dan sedikit-sedikit digigitnya daging pisangnya, sedangkan penisnya pun terjuntai ngaceng di depan mulutku.... segera kugenggam dan kumasukkan barangnya yang ngaceng itu ke dalam mulutku, kumainkan lidahku mengusap-usap kepala penisnya, dan dimaju-mundurkannya pisang mas tadi dalam liang vegieku, sehingga menimbulkan perasaan yang sangat nikmaaaaat dan memerindingkan seluruh bulu-bulu tubuhku.... "Mbak Sari, pisangnya sudah habis. ... hebat kan?" Katanya lugu... "Mas Har memang nomer satu buat Mbak Sari..." sahutku memujinya, membuatnya tersanjung dan sangat ditinggikan harga dirinya. "Sekarang apa lagi?" tanya Mas Har... "Silakan Mas jilati dan mainkan lidah dalam liang vegie saya... dan saya akan meng-emuti dan mengocok penis Mas dengan mulut saya... . ini namanya gaya 69, Mas sayaaang... mulut Mas ketemu vegie saya dan mulut saya ketemu penis Mas Har... . Enaaaak kan, sayaaang?" "Wah! Sensasinya luar-biasa , Mbak.... .." "Kalau bercinta itu jangan buru-buru , Mas.... harus sabar dan tenang, sehingga emosi kita bisa terkendali. Kalau Mas mau sampai duluan dengan cara ngeloco seperti tadi, kalau sempat keluar.. kan saya harus nunggu lagi penis Mas tegang lagi.. . kasian dong sama saya, Mas," suaraku kubikin seperti mau menangis..... "Maafkan saya, ya Mbak Sari.... saya belum ngerti... mesti harus banyak belajar sama Mbak... .." Kami lanjutkan gaya 69 kami, kutelan habis penisnya, kuhisap-hisap dan kumaju-mundurkan dalam mulutku... . sementara Mas Har meluruskan lidahnya dan menjilati itil-ku, kemudian memasukkan lidahnya yang kaku ke dalam liang vegieku... ini berlangsung cukup lama.. . Pada menit kelimabelas, serrr... serrrr... serrrr.... cairan hangat vegieku meluap, sekarang Mas Har malah menelannya.... aooowwww! Dan pada menit keduapuluhlima, serrr... serrrr... serrrr.... lagi, kali ini lebih enaaaak lagi, kukejangkan seluruh tubuhku.... sambil mulutku tetap terus mengocok penisnya yang kerasnya minta-ampuuuuun.. .. pada waktu itu juga, penisnya memuncratkan air-peju dengan sangat derasnya, langsung kutelan seluruhnya, sampai hampir keselek.... .. "Enaaaakkkk..... " Mas Har berteriak keenakan..... Kami berguling, sekarang saya yang di atas, dengan tetap memagut penisnya yang masih cukup keras, kuhisap terus penisnya, sampai tubuh Mas Har berkedut-kedut memuncratkan tembakan-tembakan terakhirnya..... kujilati penis Mas Har sampai bersiiiiih sekali dan segera aku berputar, sehingga kepala kami berhadap- hadapan dengan posisi aku masih tetap di atas... "Gimana, Mas Har sayaaang.... Enak enggak..?" godaku... "Uu-enaaaaaaakkkkk tenaaaan...." , kata Mas Har menirukan gaya pelawak Timbul dalam sebuah iklan jamu. .... Kami berciuman lagi dan berguling- guling lagi.. .. mulut kami tetap berpagutan dengan sangat kuaaaatnya..... Kucari penisnya dan kupegang... wah sudah keras lagi rupanya..... luar biasa kuatnya Mas Har kali ini, lebih kuat dari ronde tadi pagi..... "Mas Har... saya ajari gaya kuda- kudaan... mau nggak?", "Mau dong, sayaaaang.. .. Gimana?", tanyanya penasaran.... "Mas Har duduk menyender dulu... .." Dia segera mengikuti perintahku, duduk menyender landai pada sebuah bantal yang kutegakkan di punggung ranjang, akupun segera mengambil posisi jongkok membelakanginya. Kugenggam penisnya dan kutancapkan ke vegieku dari belakang... . BLESSS!!!, tangan Mas Har mendekap kedua tetekku dari belakang.... Sekarang giliranku yang harus menaik-turunkan pantatku seperti orang naik kuda.... semuanya berlangsung dengan sangat halus.. .. sehingga tidak sampai menimbulkan lecet pada penis Mas Har maupun vegieku..... "Gimana Mas?", tanyaku untuk mengalihkan konsentrasi, supaya air- pejunya tidak segera muncrat.... .. "Benar-benar Mbak Sari pantas menjadi dosen percintaan saya.... .", katanya sambil mendesah-desah dan mendesis-mendesis keenakan... Itilku kembali bertumbukan nikmat dengan tulang selangkang Mas Har. .. Nikmatnya sudah sampai mneggeletarkan segenap perasaanku, membuat perasaanku semakin menyatu dan terikat kuat dengan perasaan Mas Har. .... inilah arti sesungguhnya persetubuhan.... Kuatur kecepatan pacuan kuda- kudaan ini, sehingga kenikmatannya bisa kukendalikan, sementara Mas Har terlentang dengan tenang, makin didekapnya kedua buah dadaku, diremas-remasnya, dipilin-pilinnya, diremas-remas lagi.. . membuatku kembali ingin mencapai puncak kenikmatan.... kukejangkan seluruh anggota tubuhku... . Mas Har sudah mulai mengerti bahwa aku akan mencapai puncak.. ... "Keluar lagi ya, Mbak?" tanyanya.. ... “Ya..!! ...sssssshhhhh ...” desahku kencang. .....serrr ... serrrr... serrrrr.... kembali cairan hangat vegieku tertumpah lagi.... kelelahan aku rasanya...... lelah tapi enaaak... . Aku melepaskan penisnya dari lubang vegieku, kekeringkan vegieku dengan dasterku supaya peret lagi... Mas Har melihat pemandangan ini dengan wajah lugu, kuberi dia senyum manis.... "Saya sudah capek, Mas.... Gantian dong... Mas Har sekarang yang goyang, ya?" Sekarang aku mengambil posisi menungging di pinggir ranjang..... Mas Har kuminta berdiri dan menembakkan rudalnya yang super- keras dari belakang, "Yang ini gaya anjing-anjingan , Mas... .. tapi jangan salah masuk ke lubang pantat ya... pas yang di bawahnya yang merah merekah itu, lho ya...." "Kalau di lubang pantat katanya lebih enak, Mbak Sari?" tanyanya lucuuuu.... "memang lebih enak untuk laki-laki , tapi tidak untuk perempuan.... . itu kan namanya tidak adil, Mas.... Lagipula lubang pantat itu kan saluran untuk tai, kotoran yang kita buang, itu tidak sehat namanya, bisa kena penyakit aids, Mas.... Aids itu mematikan dan tidak ada obatnya lho, hiiii... . seremmmm...." Mas Har memasukkan penisnya pelan-pelan ke lubang vegieku dari belakang sambil berdiri di pinggir ranjang, pelan-pelan sekaliiiiii..... seolah-olah dia takut kalau sampai merusakkan lubang nikmat ini..... aku tahu sekarang. ... Mas Har sangat sayang padaku, sehingga tingkah- laku persenggamaannya pun melukiskan betapa besar perasaan cintanya pada diriku.... "Aaaaahhhhhh... .", aku mendesah sambil merasakan hujaman penisnya yang kembali menembus vegieku, demikian juga dengan Mas Har. .. dilingkarkannya tangan kirinya di perutku, sedang tangan kanannya meremas tetekku... ... Dia mulai menggoyangkan penisnya maju mundur.... blep-blep- blep...... aduuuuhhh..... mantapnyaaaa...... tenaganya sangat kuat dan berirama tetap... ... membuat aliran-darahku menggelepar di sekujur tubuhku.... ... "Enaaaak, Maaaaasssss.. ....." , lagi- lagi kukejangkan seluruh anggota tubuhku sambil kukeluarkan lagi cairan hangat vegieku kesekian kalinya.... .. puaaaasssss sekali tiada taranya...... . "aaaaaahhhhhhhh... ....... " , lenguhku....... . "Lap dulu dong, Mbak Sariiii... .. becek sekali nih... ." pintanya.... . Kuambil dasterku dan kuserahkan padanya..... . segera dia mengeringkan vegieku dan juga penisnya yang basaaaah tersiram cairan hangatku.... . "Mbak, aku sudah hampiiiirrr keluaaaarrr....." desahnya membuatku semakin terangsang.... .. "Tembakkan saja, Massss.. ...... " Tembakannya masih sekencang yang sebelumnya..... . sampai vegieku penuh dengan air-pejunya yang ekstra-kental itu..... .. "Aaaaahhhhhhhh..... .." Mas Har berteriak keenakan...... demikian juga dengan aku, kukejangkan tubuhku dan kusiram lagi penisnya dengan cairan hangat kenikmatan vegieku...... "Aaaaaaahhhhhhh, Massss Harrrrr.... .... Mbak Sari cintaaaaa banget sama Mas Har. ...... " "Aku juga Mbak.. ... selain Mbak Sari, tidak ada perempuan lain yang aku cintai di dunia ini ..... ", aku tahu kata- kata ini sangat jujur.... membuatku semakin menggelinjang kenikmatan...... "Terima kasih Mas Harrrrrr..... untuk cinta Mas Har yang begitu besar kepada saya..... " Dengan tanpa melepaskan penisnya, Mas Har dengan hati-hati dan penuh perasaan menengkurapkan tubuhnya di atas tubuh telanjangku.... dan aku kemudian meluruskan kakiku dan tubuhku mengambil posisi tengkurap..... dengan Mas Har tengkurap di belakangku..... Mulutnya didekatkan pada telingaku.. .. nafasnya menghembusi tengkukku.... membuatku terangsang lagi... ... "Enaaaak dan puassss sekali, Mbak Sari..... Apa Mbak Sari juga puas?" "Tentu, Mas Har. .... dari pagi tadi sudah sembilan kali vegie saya memuntahkan air hangatnya..... Pasti saya puasssss bangettt, Mas!" "Terima kasih, ya sayaaaang... ... aku ingin setiap hari bercinta dengan Mbak Sari seperti ini.... ..." "Boleh, Massss... . saya juga siap kok melayani Mas Har setiap hari..... kecuali hari Minggu tentunya.. ... Ibu dan Mbak-mbak kan ada di rumah kalau Minggu...." Mas Har melepaskan penisnya dari lubang vegieku, aku segera mengambil posisi terlentang, dan Mas Har pun merebahkan dirinya di sisiku.... Jam dinding sudah menunjukkan jam 10.40.... .. sambil berpelukan dan berciuman erat, kutarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami berdua... dan kami pun tertidur sampai siang... .. Sudah hampir jam satu ketika aku terbangun, pantes perutku rasanya lapar sekali. Mas Har masih belum melepaskan pelukannya sedari tadi, rasanya dia tidak ingin melewatkan saat-saat nikmat yang sangat langka ini, bisa seharian bersenggama dengan bebasnya. Kucium bibirnya untuk membangunkan lelaki kesayanganku ini, "Mas sayaaang, bangun yook, kita makan siang. Nanti abis makan kita bercinta lagi sampai sore...." "Mmmm..." Mas Har menggeliat, "sudah jam berapa, istriku?" "Jam satu, suamikuuuu.. ...", jawabku genit.... "Makan-nya di ruang makan, yok Mas, nggak usah pakai baju nggak apa-apa, kan pintu-pintu dan korden-korden sudah Mbak Sari tutup tadi...." Dengan bugil bulat, kami berdua bangun dan berjalan ke ruang tamu, sambil Mas Har menggendong/ mengangkatku ke ruang tamu. "Edhian tenan, koyok penganten anyar wae..... " kataku dalam hati.... ("gila benar, seperti pengantin baru saja").... Selesai makan siang, Mas Har kembali menggendongku ke kamar, sambil kuelus-elus penis Mas Har yang sudah mengeras seperti batang kayu lagi.. ... Direbahkannya diriku dengan hati-hati di atas ranjang cinta kami. Aku segera mengambil posisi memiringkan tubuh ke kanan, supaya Mas Har juga mengambil posisi miring ke kiri, sehingga kami berhadap-hadapan. ... "Mas sayaaang, kita senggama dengan posisi miring seperti ini, ya....., lebih terasa lho gesekan penis Mas Har di dalam vegie Mbak Sari nanti," ajakku untuk membangkitkan rangsangan pada Mas Har.. .. Kami tetap berposisi miring berhadap-hadapan sambil berciuman kuat dan mesra. Kali ini Mas Har lebih aktif mencium seluruh wajah, tengkuk, belakang telinga, leher, terus turun ke bawah, payudara-kiriku kuisap- isapnya, sementara yang kanan dipilin-pilinnya lembut... .. Rangsangan ini segera membangkitkan birahiku. Mulutnya bergerak lagi ke bawah, ke arah pusar, dijilatinya dan ditiupnya lembut, kembali aku mendesah- mendesis nikmat, sambil jari tangannya mengobok-obok lembut lubang vegieku, mengenai itilku, menimbulkan kenikmatan yang hebaaaat..., kukejangkan seluruh tubuhku, sampai pingganggku tertekuk ke atas, serrrrrr. ... kubasahi tangannya yang lembut dengan semburan cairan hangat yang cukup deras dari vegieku... "Mas, masukkan sekarang, Masssss.... . Mbak Sari udah nggak tahaaaannnn...... ", pintaku manja.... . Tetap dengan posisi miring- berhadapan, kubuka selangkanganku tinggi-tinggi , kugenggam penisnya dan kusorongkan lembut ke lubang kenikmatan..... "aaaaahhhhhh... ...." lenguhan kami kembali terdengar lebih seru.... Penis Mas Har baru masuk setengahnya dalam vegieku, dimajukannya lagi penisnya, dan kumajukan pula vegieku menyambut sodokannya yang mantap-perkasa.... . "Mas sayaaaang... maju- mundurnya barengan, ya.... .", ajakku sambil mengajari teknik senggama yang baru, kunamakan gaya ini "Gaya Miring", dengan gaya ini kami berdua bisa sama-sama goyang, tidak sepihak saja..... Kami maju dan mundur bersamaan tanpa perlu diberi aba-aba.... rasanya lebih enak dibandingkan pria di atas wanita di bawah.... Kulihat Mas Har merem-melek, demikian juga dengan diriku, penis Mas Har dengan irama teratur terus menghujam-mantap berirama di dalam liang kenikmatanku..... vegieku mulai tersedut-sedut lagi, tanda akan mengeluarkan semburan hangatnya..... "Aduuuuhhhh, Maaaaassssss, enaaaaakkkkkkk...... ..", aku agak berteriak sambil mendesis...... . Air mani Mas Har belum juga muncrat, luarbiasa kuatnya kekasihku ini..... "Ganti gaya, Maaaasssss... . cabut dulu sebentar.... ." ajakku lagi, sambil kuputar tubuhku, tetap pada posisi miring membelakanginya, Mas Har memelukku kuat dari belakang, sambil meremas lembut kedua tetekku, kuangkat kakiku sebelah, dan kuhantar lagi penisnya memasuki vegieku...... "aaaaaaaaahhhhhhhhhhh... . enak, Mbak Sariiiiii..... .., gesekannya lebih terasa dari yang tadiiiiii... .." Mas Har mendesah nikmat.... . Kali ini aku hanya diam, sedang Mas Har yang lebih aktif memaju- mundurkan penisnya yang belum muncrat-muncrat juga air-maninya ...... ......Sudah jam setengah- tiga, hampir satu jam dengan dua gaya yang baru ini...... "Mbak Sari, siap-siap yaaa.... rudalku hampir nembak...." Kupeluk erat guling, dan Mas Har semakin mempercepat irama maju- mundurnya...... "Aaah, aaah, aaahh...." Mas Har mendesah sambil mengeluarkan air maninya dengan tembakan yang kuat- tajam-kental bagai melabrak seluruh dinding-dinding rahimku.. . setrumnya kembali menyengat seluruh kujur tubuhku... "Aaaaaaaa.." aku berteriak panjang sambil kusemburkan juga air vegieku.. Tenaga kami benar-benar seperti terkuras, getaran cinta kami masih terus terasa.. tanpa melepaskan pelukan dan juga penisnya, masih dengan posisi miring, kami tertidur lagi beberapa menit... sampai semua getaran mereda..... . Jam tiga sudah lewat.. . berarti masih bisa satu ronde lagi sebelum Ibu Sum dan kakak-kakak Mas Har pulang dari kerja..... "Mas, bangun, Mas.... sudah jam tiga lewat... saya kan mesti membereskan kamar ini, mandi dan berpakaian sopan seperti biasanya bila ada Ibu..." "Mandi bareng, yok... di sini aja di kamar mandiku, ada air hangatnya kan?" ajaknya.... Dicabutnya penisnya dari lobang vegieku yang sudah kering, aduuuhhhh enaknya... ... Aku pun segera bangun dan menarik tangannya, Mas Har bangkit dan memelukku, menciumku, menggelitiki tetek dan vegieku, kembali birahiku naik..... Sampai di bawah kran pancuran air hangat, kami berdua berpelukan, berciuman, merangkul kuat.... Dengan posisi berdiri kembali penis Mas Har mengeras bagai batu, segera kurenggut dan kugenggam dan kumasukkan lagi ke vegieku. Dengan tubuh basah disiram air hangat dari pancuran, dan tetap dengan berdiri, kami bersenggama lagi.. .... bagai geregetan, Mas Har kembali menggerakkan penisnya maju- mundur, sementara aku bagai menggelepar memeluk erat tubuhnya yang perkasa... .. "Mas, sabunan dulu, ya sayaaaanggg.... ", tanpa melepaskan kedua alat kelamin kami, kami saling menyabuni tubuh kami, khususnya di bagian-bagian yang peka- rangsangan.... "Lepas dulu, ya sayaaanggg.... kuambilkan handuk baru untuk kekasihku....." , Mas Har melepaskan tusukannya, menuju lemari pakaian, dan diambilnya dua handuk baru, satu untukku satu untuknya... Selesai handukan, aku bermaksud mengambil dasterku untuk berpakaian, karena kupikir persenggamaan hari ini sudah selesai..... "Eiittt, tunggu dulu, istriku.... . Rudalku masih keras nih, kudu dibenamkan lagi di liang hangat cinta kita... ..." ......Edhiaaan, mau berapa kali aku orgasme hari ini.... . kuhitung-hitung sudah 12 kali aku menyemburkan air vegie sedari pagi tadi...... Aku mengambil posisi sederhana, terlentang menantang... biar Mas Har menindihku dari atas..... Kami bersenggama lagi sebagai hidangan penutup... .. dengan "Gaya Sederhana" pria diatas wanita dibawah, melambangkan kekuatan pria yang melindungi kepasrahan wanita.... Mas Har terus menggoyang penisnya maju-mundur. .... Kembali aku akan mencapai puncak lagi, sedang Mas Har masih terus dengan mantapnya maju- mundur begitu kuat.... . "Mas Har, Mbak Sari sudah mau keluar lagiiiiii.... ..", kukejangkan kedua kakiku dan sekujur tubuhku.... . "Mbak, aku juga mau keluar sekarang.... ..", dalam waktu bersamaan kami saling menyemprotkan dan memuncratkan cairan kenikmatan kami masing- masing.... .. "Enaaaaaaaaaaakkkkkkk, Mas Haaaaaarrrrrr...... ." "Puaaaaassssss, Mbak Sariiiiii..... ....." Mas Har langsung ambruk di atas tubuh telanjanganku, waktu sudah hampir jam empat... .. semua sendi- sendiku masih bergetar semuanya rasanya..... "Mas, sebentar lagi Ibu pulang, Mbak Sari mau siap-siap dulu ya, sayaang... " Mas Har segera bangkit sekaligus mencabut penisnya. ... "Hari ini adalah hari yang paling luar-biasa dalam hidupku, Mbak Sariii... Bagaimana aku akan sanggup melupakannya?" Kupakai dasterku, kukecup lagi kedua pipi dan bibir Mas Har.... segera aku lari menuju kamarku, membersihkan air mani Mas Har yang masih menetes dari lubang vegieku yang agak bonyok..... Kukenakan celana dalam, rok dalam, beha, rok panjang, dan blus berlengan panjang, rambut kusisir rapi, kusanggul rapi ke atas.... semua ini untuk "mengelabui" Ibu Sumiati dan kedua kakak Mas Harianto, untuk menutupi sisi lain kehidupanku sebagai seorang Ratu Senggama. Demikianlah... selanjutnya hari-hariku selalu ku isi dengan persenggamaan yang kian hari kian liar, kian panas, dan kian bervariasi dengan Mas Har, pangeran cintaku yang tampan dan perkasa. Pertempuran kami berlangsung di banyak tempat di seluruh penjuru rumah... bahkan tak jarang Mas Har sengaja mencegatku di saat-saat aku berbelanja keperluan bulanan di Pasar Kota. Hotel dan Losmen yang ada di kota selalu menjadi tempat persinggahan kami untuk menuntaskan dendam birahi kami... Hanya saat Mas Har harus kuliah dan saat dia mengantar hasil job-job sampingannya saja yang dapat menunda pertempuran kami... Mas Har memang ngotot mengambil job sampingan yang bisa tetap dikerjakan di rumah, karena dia ngotot ingin menabung supaya bisa membeli rumah sendiri dan membiayai kehidupannya kelak dengan calon istri tercintanya.... ... aku...